Tuesday, February 5, 2013

Kemana cinta sejati pergi?

Karena pada setiap pertanyaan selalu ada sebab. Sebab karena seringnya terlalu berharap. Setiap jawaban tidak selalu menjadi memuaskan, karena setelah jawaban muncul lagi berbagai pertanyaan. Sedang yang menjawab hanya mendeskripsikan kemungkinan. Kecuali jika memang ketulusan dapat dilihat secara nyata namun ia terlahir dengan keabsurdan.


Kehidupan akan menjadi permainan jika hanya menjadi bunraku atau kita yang lebih memfungsikan diri sebagai dalang?

Rasa ketidakberdayaan yang sebenarnya paling bisa mempermainkan. Ketidakberdayaan yang berdasar pada dia yang bisa saja datang dan pergi tapi tetap saja hati bisa membuka diri. Tidak ada yang salah pada keputusan membuka diri, yang salah adalah ketika hati tertutup untuk melihat seseorang yang masih bersembunyi dari kesalahan. Memang kita harus selalu punya maaf untuk kesalahan. Tapi kesalahan macam apa yang masih tidak bisa diakui? Adakalanya seseorang membutuhkan banyak waktu untuk mempelajari kesalahan yang tadinya dianggap sebagai kewajaran.

Lalu sekarang bagaimana menjadikan keputusan itu sebagai buah paling manis untuk dinikmati atau buah yang asam karena tak sabar untuk dipetik? Memberikan waktu yang memungkinkan untuk perbaikan kesalahan dan pembukaan diri pada pilihan yang tidak terbatas? Atau menerima dengan waktu terlalu singkat hingga akhirnya harus menyiapkan ruang isolasi untuk harapan yang ditikam (lagi) oleh kekecewaan?

Kepergian bukan berarti ketidakmampuan untuk memberi maaf. Tapi memberikan kesempatan untuk mereka melakukan pembenahan. Tak tau bagaimana proses pembenahan itu berlangsung, serumit apa? Sekeras apa? Atau sejauh mana? Yang harus diyakini adalah serumit apapun benang pembelajaran, sekeras apapun poros kehidupan, dan sejauh mana kemampuan berjalan dalam globe berapi, tapi 1 hal yang perlu diketahui bahwa cinta sejati selalu tau jalan untuk kembali.

4 comments:

  1. mba tulisannya bagus, asyik juga buat dibaca. tapi coba dong tulisan/cerita yang beda jangan cinta yang menye-menye begini lg. ini cuma usul lho mba!

    ReplyDelete
  2. Makasih banget buat usulnya. Iya nanti dikembangin lagi ya. :)

    ReplyDelete
  3. bagus mbak, cukup menjadi bahan renungan hehe

    ReplyDelete

Pelanggan Mampir



Tuesday, February 5, 2013

Kemana cinta sejati pergi?

Karena pada setiap pertanyaan selalu ada sebab. Sebab karena seringnya terlalu berharap. Setiap jawaban tidak selalu menjadi memuaskan, karena setelah jawaban muncul lagi berbagai pertanyaan. Sedang yang menjawab hanya mendeskripsikan kemungkinan. Kecuali jika memang ketulusan dapat dilihat secara nyata namun ia terlahir dengan keabsurdan.


Kehidupan akan menjadi permainan jika hanya menjadi bunraku atau kita yang lebih memfungsikan diri sebagai dalang?

Rasa ketidakberdayaan yang sebenarnya paling bisa mempermainkan. Ketidakberdayaan yang berdasar pada dia yang bisa saja datang dan pergi tapi tetap saja hati bisa membuka diri. Tidak ada yang salah pada keputusan membuka diri, yang salah adalah ketika hati tertutup untuk melihat seseorang yang masih bersembunyi dari kesalahan. Memang kita harus selalu punya maaf untuk kesalahan. Tapi kesalahan macam apa yang masih tidak bisa diakui? Adakalanya seseorang membutuhkan banyak waktu untuk mempelajari kesalahan yang tadinya dianggap sebagai kewajaran.

Lalu sekarang bagaimana menjadikan keputusan itu sebagai buah paling manis untuk dinikmati atau buah yang asam karena tak sabar untuk dipetik? Memberikan waktu yang memungkinkan untuk perbaikan kesalahan dan pembukaan diri pada pilihan yang tidak terbatas? Atau menerima dengan waktu terlalu singkat hingga akhirnya harus menyiapkan ruang isolasi untuk harapan yang ditikam (lagi) oleh kekecewaan?

Kepergian bukan berarti ketidakmampuan untuk memberi maaf. Tapi memberikan kesempatan untuk mereka melakukan pembenahan. Tak tau bagaimana proses pembenahan itu berlangsung, serumit apa? Sekeras apa? Atau sejauh mana? Yang harus diyakini adalah serumit apapun benang pembelajaran, sekeras apapun poros kehidupan, dan sejauh mana kemampuan berjalan dalam globe berapi, tapi 1 hal yang perlu diketahui bahwa cinta sejati selalu tau jalan untuk kembali.

4 comments:

  1. mba tulisannya bagus, asyik juga buat dibaca. tapi coba dong tulisan/cerita yang beda jangan cinta yang menye-menye begini lg. ini cuma usul lho mba!

    ReplyDelete
  2. Makasih banget buat usulnya. Iya nanti dikembangin lagi ya. :)

    ReplyDelete
  3. bagus mbak, cukup menjadi bahan renungan hehe

    ReplyDelete

Tuesday, February 5, 2013

Kemana cinta sejati pergi?

Karena pada setiap pertanyaan selalu ada sebab. Sebab karena seringnya terlalu berharap. Setiap jawaban tidak selalu menjadi memuaskan, karena setelah jawaban muncul lagi berbagai pertanyaan. Sedang yang menjawab hanya mendeskripsikan kemungkinan. Kecuali jika memang ketulusan dapat dilihat secara nyata namun ia terlahir dengan keabsurdan.


Kehidupan akan menjadi permainan jika hanya menjadi bunraku atau kita yang lebih memfungsikan diri sebagai dalang?

Rasa ketidakberdayaan yang sebenarnya paling bisa mempermainkan. Ketidakberdayaan yang berdasar pada dia yang bisa saja datang dan pergi tapi tetap saja hati bisa membuka diri. Tidak ada yang salah pada keputusan membuka diri, yang salah adalah ketika hati tertutup untuk melihat seseorang yang masih bersembunyi dari kesalahan. Memang kita harus selalu punya maaf untuk kesalahan. Tapi kesalahan macam apa yang masih tidak bisa diakui? Adakalanya seseorang membutuhkan banyak waktu untuk mempelajari kesalahan yang tadinya dianggap sebagai kewajaran.

Lalu sekarang bagaimana menjadikan keputusan itu sebagai buah paling manis untuk dinikmati atau buah yang asam karena tak sabar untuk dipetik? Memberikan waktu yang memungkinkan untuk perbaikan kesalahan dan pembukaan diri pada pilihan yang tidak terbatas? Atau menerima dengan waktu terlalu singkat hingga akhirnya harus menyiapkan ruang isolasi untuk harapan yang ditikam (lagi) oleh kekecewaan?

Kepergian bukan berarti ketidakmampuan untuk memberi maaf. Tapi memberikan kesempatan untuk mereka melakukan pembenahan. Tak tau bagaimana proses pembenahan itu berlangsung, serumit apa? Sekeras apa? Atau sejauh mana? Yang harus diyakini adalah serumit apapun benang pembelajaran, sekeras apapun poros kehidupan, dan sejauh mana kemampuan berjalan dalam globe berapi, tapi 1 hal yang perlu diketahui bahwa cinta sejati selalu tau jalan untuk kembali.

4 comments:

  1. mba tulisannya bagus, asyik juga buat dibaca. tapi coba dong tulisan/cerita yang beda jangan cinta yang menye-menye begini lg. ini cuma usul lho mba!

    ReplyDelete
  2. Makasih banget buat usulnya. Iya nanti dikembangin lagi ya. :)

    ReplyDelete
  3. bagus mbak, cukup menjadi bahan renungan hehe

    ReplyDelete

Translate

Koki Blog

My photo
Jakarta , Indonesia
Panggil saya Tyas, tanpa Mirasih apalagi dengan Muncus. sekian