Karena pada setiap pertanyaan selalu ada sebab. Sebab karena seringnya
terlalu berharap. Setiap jawaban tidak selalu menjadi memuaskan, karena
setelah jawaban muncul lagi berbagai pertanyaan. Sedang yang menjawab
hanya mendeskripsikan kemungkinan. Kecuali jika memang ketulusan dapat
dilihat secara nyata namun ia terlahir dengan keabsurdan.
Kehidupan akan menjadi permainan jika hanya menjadi bunraku atau kita yang lebih memfungsikan diri sebagai dalang?
Rasa
ketidakberdayaan yang sebenarnya paling bisa mempermainkan.
Ketidakberdayaan yang berdasar pada dia yang bisa saja datang dan pergi
tapi tetap saja hati bisa membuka diri. Tidak ada yang salah pada
keputusan membuka diri, yang salah adalah ketika hati tertutup untuk
melihat seseorang yang masih bersembunyi dari kesalahan. Memang kita
harus selalu punya maaf untuk kesalahan. Tapi kesalahan macam apa yang
masih tidak bisa diakui? Adakalanya seseorang membutuhkan banyak waktu
untuk mempelajari kesalahan yang tadinya dianggap sebagai kewajaran.
Lalu
sekarang bagaimana menjadikan keputusan itu sebagai buah paling manis
untuk dinikmati atau buah yang asam karena tak sabar untuk dipetik?
Memberikan waktu yang memungkinkan untuk perbaikan kesalahan dan
pembukaan diri pada pilihan yang tidak terbatas? Atau menerima dengan
waktu terlalu singkat hingga akhirnya harus menyiapkan ruang isolasi
untuk harapan yang ditikam (lagi) oleh kekecewaan?
Kepergian
bukan berarti ketidakmampuan untuk memberi maaf. Tapi memberikan
kesempatan untuk mereka melakukan pembenahan. Tak tau bagaimana proses
pembenahan itu berlangsung, serumit apa? Sekeras apa? Atau sejauh mana?
Yang harus diyakini adalah serumit apapun benang pembelajaran, sekeras
apapun poros kehidupan, dan sejauh mana kemampuan berjalan dalam globe
berapi, tapi 1 hal yang perlu diketahui bahwa cinta sejati selalu tau jalan untuk kembali.
mba tulisannya bagus, asyik juga buat dibaca. tapi coba dong tulisan/cerita yang beda jangan cinta yang menye-menye begini lg. ini cuma usul lho mba!
ReplyDeleteMakasih banget buat usulnya. Iya nanti dikembangin lagi ya. :)
ReplyDeletebagus mbak, cukup menjadi bahan renungan hehe
ReplyDeleteMakasih juga ya udah mau baca :)
ReplyDelete