Apa yang terlintas dibenak kalian jika mendengar kata
"ketidaksempurnaan"? Mungkin kalian akan berfikir, ketidaksempurnaan itu
hal yang biasa. Lalu bagaimana kalau kalian berfikir tentang
ketidaksempurnaan fisik? Ya pastinya, kalian mungkin tidak pernah
membayangkan betapa sulitnya hidup dengan ketidaksempurnaan fisik.
Terlebih lagi ketidaksempurnaan fisik ditambah dengan ketidaksempurnaan
kasih sayang. Ibu, ayah? Bahkan kalau bertanya tentang
ini, mereka cuma berkata "kangen" sedang mereka tidak tau wujud dari
orangtua yang mereka kangenin itu seperti apa.
Hari ini berkunjung ke beberapa tempat diantaranya Yayasan Tjoet Nya Dien, YADIN, Yatim Dhuafa, dan Sayap ibu. Ini kali pertama saya berkunjung bersama my patner, Ade. Beberapa tempat itu sangat sangat mengajarkan gue tentang rasa syukur yang kadang tertutup dengan penglihatan mata. Karena memang hanya dengan hati, fungsi lihat menjadi lebih sempurna dari mata atau bahkan menyentuh lebih peka dari alat raba. Ya hati erat dengan "kasih sayang" berlabel "ketulusan".
Yayasan Tjoet Nya Dien, yayasan yang cukup nyaman, tapi tidak mendapat donasi dari pemerintah. Meskipun pendirinya lumayan banyak, tapi keterbatasan biaya menyebabkan Yayasan ini hanya melibatkan 3 penjaga. YADIN, yayasan yang cukup banyak penghuninya, tapi berhubung kediaman pendirinya sepi, jadi enggak banyak informasi yang didapat. Yatim Dhuafa, di sini gue bener-bener ngeliat wajah kerinduan anak terhadap keluarga. Begitu kami masuk untuk nengok Rizal, yang usianya 5 bulanan gitu, munculah Oka dan dengan mata berbinar bilang "Assalamualaikum". Begitu duduk, beberapa anak panti langsung bergelendot ria dan cerita panjang kali lebar ditambah tinggi tentang apapun yang mereka alami. Terakhir yang kami kunjungi itu Sayap Ibu, di sini dikhususkan untuk mereka yang mengalami ketidaksempurnaan fisik. Entah kenapa ngeliat mereka, rasanya dada gue sesak. Hidrosefalus, down syndrome, berkelamin ganda. Beberapa kekurangan yang gue lihat di sana. Dan masih banyak lagi lainnya yang mungkin tidak terbayangkan, sampai kalian melihat sendiri keadaannya.
Entah apakah gue bisa sekuat itu kalau berada dalam posisi mereka. Posisi yang tidak pernah seorangpun inginkan dan mereka hidup dengan "ketidakinginan" namun mereka bertahan sampai sekarang. Bertahan dengan senyum dan mata yang penuh kerinduan.
Tangan, kaki, kepala, hidung, dan kesempurnaan fungsi fisik gue adalah hadiah terindah dari Sang Pencipta. Saat itu juga gue ngerasa keluarga yang gue miliki saat ini adalah anugrah tersempurna dalam hidup gue. Dan yang gue tau sekarang, mereka semua adalah keluarga baru gue.
Melihat berbagai kekurangan itu, gue mau ngajak kalian semua untuk berbagi dengan keluarga kita. Gue sebut keluarga kita, karena bukan cuma mereka yang butuh kita, tapi kita juga sangat butuh mereka. Mereka yang mengajarkan kita tentang caranya senyum dalam keterbatasan.
Program yang sedang kami jalani yaitu berbagi 500 susu dan roti untuk mereka anak jalanan, panti asuhan, yayasan anak cacat terlantar, hidrosefalus, anak pasien kanker dan yatim piatu.
Terima kasih untuk kalian yang mau peduli dan ikut berbagi. Karena mereka adalah keluarga kita. ♥♡
Hari ini berkunjung ke beberapa tempat diantaranya Yayasan Tjoet Nya Dien, YADIN, Yatim Dhuafa, dan Sayap ibu. Ini kali pertama saya berkunjung bersama my patner, Ade. Beberapa tempat itu sangat sangat mengajarkan gue tentang rasa syukur yang kadang tertutup dengan penglihatan mata. Karena memang hanya dengan hati, fungsi lihat menjadi lebih sempurna dari mata atau bahkan menyentuh lebih peka dari alat raba. Ya hati erat dengan "kasih sayang" berlabel "ketulusan".
Yayasan Tjoet Nya Dien, yayasan yang cukup nyaman, tapi tidak mendapat donasi dari pemerintah. Meskipun pendirinya lumayan banyak, tapi keterbatasan biaya menyebabkan Yayasan ini hanya melibatkan 3 penjaga. YADIN, yayasan yang cukup banyak penghuninya, tapi berhubung kediaman pendirinya sepi, jadi enggak banyak informasi yang didapat. Yatim Dhuafa, di sini gue bener-bener ngeliat wajah kerinduan anak terhadap keluarga. Begitu kami masuk untuk nengok Rizal, yang usianya 5 bulanan gitu, munculah Oka dan dengan mata berbinar bilang "Assalamualaikum". Begitu duduk, beberapa anak panti langsung bergelendot ria dan cerita panjang kali lebar ditambah tinggi tentang apapun yang mereka alami. Terakhir yang kami kunjungi itu Sayap Ibu, di sini dikhususkan untuk mereka yang mengalami ketidaksempurnaan fisik. Entah kenapa ngeliat mereka, rasanya dada gue sesak. Hidrosefalus, down syndrome, berkelamin ganda. Beberapa kekurangan yang gue lihat di sana. Dan masih banyak lagi lainnya yang mungkin tidak terbayangkan, sampai kalian melihat sendiri keadaannya.
Entah apakah gue bisa sekuat itu kalau berada dalam posisi mereka. Posisi yang tidak pernah seorangpun inginkan dan mereka hidup dengan "ketidakinginan" namun mereka bertahan sampai sekarang. Bertahan dengan senyum dan mata yang penuh kerinduan.
Tangan, kaki, kepala, hidung, dan kesempurnaan fungsi fisik gue adalah hadiah terindah dari Sang Pencipta. Saat itu juga gue ngerasa keluarga yang gue miliki saat ini adalah anugrah tersempurna dalam hidup gue. Dan yang gue tau sekarang, mereka semua adalah keluarga baru gue.
Melihat berbagai kekurangan itu, gue mau ngajak kalian semua untuk berbagi dengan keluarga kita. Gue sebut keluarga kita, karena bukan cuma mereka yang butuh kita, tapi kita juga sangat butuh mereka. Mereka yang mengajarkan kita tentang caranya senyum dalam keterbatasan.
Program yang sedang kami jalani yaitu berbagi 500 susu dan roti untuk mereka anak jalanan, panti asuhan, yayasan anak cacat terlantar, hidrosefalus, anak pasien kanker dan yatim piatu.
Terima kasih untuk kalian yang mau peduli dan ikut berbagi. Karena mereka adalah keluarga kita. ♥♡
No comments:
Post a Comment