Thursday, February 28, 2013

Zonk adalah Luck yang tertunda

Ada beberapa hal yang bisa bikin kita teriak "aargh" tapi pernahkan "aargh" itu menjadi "luck" bukan lagi "zonk"? Zonk is not all it sucks!
Matahari sepertinya sedang adu kekuatan dengan api neraka, jadi si mataharipun mengeluarkan panas yang menjadikan sapu tangan bukan lagi sebagai pengusap keringat yang handal, tapi anduk paling layak dalam cuaca ini. Saat itu juga gue berfikir akankah ada penemu atau setidaknya pencipta AC berjalan, yang bisa berada tepat di atas kepala kita dan ketika ada lalat menghampiri maka AC itu berteriak "Jangan ganggu majikan saya!"

Entah ini namanya perbedaan suhu tubuh dengan cuaca, atau suhu tubuh yang harga dirinya enggak mau diinjek-injek oleh suhu. Kalau cuaca panas akan jadi hal normal jika orang mencari es ya apapun yang bersifat mendinginkan. Mungkin hanya gue yang mencari bakso pakai ekstra pedas. Kini gue temukan kejanggalan yang lain dan bisa diidentifikasikan bahwa fix gue emang enggak mau kalau harga diri gue diinjek-injek oleh suhu.  Ekstra pedas dalam cuaca panas? Enggak tau kenapa, padahal jujur gue biasanya lebih milih saos tomat daripada saos cabe.



Lahapnya makan bakso bikin gue ngerasa cuma guelah pemilik kenikmatan makan bakso yang lainnya pada ngontrak minum es. Bakso kecil-kecil sudah beristirahat dengan tenang di perut, sekarang giliran bakso gede. Ketika makan bakso gue mengibaratkan makan bakso itu sama halnya seperti main game yang harus mengalahkan anak buahnya dulu sampai rajanya akhirnya turun tangan. Entah kenapa ada kekeliruan dalam sistem game kebanyakan, karena dalam sistem kepolisian seharusnya yang lebih kuat melindungi yang lemah, tapi dalam game, raja lebih membiarkan yang lemah tewas duluan. Hah Entahlah! Maka kedudukan bakso kecil itu sebagai anak buah yang lemah, sedangkan bakso gede berisikan daging cincang adalah raja yang harus dilumpuhkan.

Giliran bakso gede lah yang kini harus gue hadapi. Setiap tetesan keringat jadi pembuktian bahwa ini adalah pertarungan yang kuat. Hiat! satu tusukan meleset untuk mengenai lambung bakso gede. Hap! Bakso gede berhasil melompat dari piring menghindari kebrutalan gue. Hiat! Lagi-lagi gue terkecoh dan ia tetap menggelinding. Hiaaaattttt! gue angkat tinggi-tinggi bakso gede yang akhirnya tertangkap dan dengan senyum kemenangan gue pancarkan kehebatan. Gue terlalu terbuai dengan kebahagiaan sampai akhirnya satu suara menyadarkan gue.

"Seru amat ngejar baksonya!" Kemudian disusul tawa riang, yang sangat riang dari beberapa orang yang menyantap bakso dengan anggun. Oh oke mungkin gue semacam acara sirkus yang biasanya terjadi antara seutas tali dengan sepeda roda satu, tapi kini sirkus itu berubah menjadi satu orang yang digolongkan ajaib dengan satu bakso. Maka akhirnya senyum kemenangan itu pun menjadi ketawa garing dari gue. Saat itupun gue berfikir untuk lebih memilih es ketimbang bakso. 

Kejadian itu akhirnya buat gue untuk melupakan pertarungan gue dengan bakso gede tadi dan gue pun menerima kekalahan dengan hasil K.O. Ya kalian taulah apa yang harus gue lakuin saat itu juga, yaitu segera melaksanakan kewajiban dengan abang bakso. Sumpah saat itupun abang baksonya pengen gue ajak perang dan gue salah sangka ternyata dalam pertarungan ini yang menjadi rajanya bukan lagi bakso gedenya, tapi abang baksonya. Baru jalan beberapa langkah tiba-tiba satu suara yang masih familiar dari ingatan gue memanggil, ya suara yang menyadarkan gue saat senyum kemenangan itu. Ya senyum yang tadinya gue pikir itu kemenangan.

"Hei, buru-buru amat." Dia berkata tanpa dosa sambil nahan ketawa dan apakah ada alasan buat gue enggak buru-buru ninggalin tempat ini?
"Iya." ucap gue singkat dengan senyum masam. 
"Namanya siapa? boleh minta no. Hp nya enggak?" Gue natap wajahnya dan hati gue tergerak untuk melampiaskan dendam, atau bisa juga dijadikan patner untuk melumpuhkan tukang bakso itu. Kalau dia berhasil, maka dia akan naik level menjadi patner hidup gue.

Saat itu gue temukan satu pelajaran bahwa Zonk adalah Luck yang tertunda.




Pelanggan Mampir



Thursday, February 28, 2013

Zonk adalah Luck yang tertunda

Ada beberapa hal yang bisa bikin kita teriak "aargh" tapi pernahkan "aargh" itu menjadi "luck" bukan lagi "zonk"? Zonk is not all it sucks!
Matahari sepertinya sedang adu kekuatan dengan api neraka, jadi si mataharipun mengeluarkan panas yang menjadikan sapu tangan bukan lagi sebagai pengusap keringat yang handal, tapi anduk paling layak dalam cuaca ini. Saat itu juga gue berfikir akankah ada penemu atau setidaknya pencipta AC berjalan, yang bisa berada tepat di atas kepala kita dan ketika ada lalat menghampiri maka AC itu berteriak "Jangan ganggu majikan saya!"

Entah ini namanya perbedaan suhu tubuh dengan cuaca, atau suhu tubuh yang harga dirinya enggak mau diinjek-injek oleh suhu. Kalau cuaca panas akan jadi hal normal jika orang mencari es ya apapun yang bersifat mendinginkan. Mungkin hanya gue yang mencari bakso pakai ekstra pedas. Kini gue temukan kejanggalan yang lain dan bisa diidentifikasikan bahwa fix gue emang enggak mau kalau harga diri gue diinjek-injek oleh suhu.  Ekstra pedas dalam cuaca panas? Enggak tau kenapa, padahal jujur gue biasanya lebih milih saos tomat daripada saos cabe.



Lahapnya makan bakso bikin gue ngerasa cuma guelah pemilik kenikmatan makan bakso yang lainnya pada ngontrak minum es. Bakso kecil-kecil sudah beristirahat dengan tenang di perut, sekarang giliran bakso gede. Ketika makan bakso gue mengibaratkan makan bakso itu sama halnya seperti main game yang harus mengalahkan anak buahnya dulu sampai rajanya akhirnya turun tangan. Entah kenapa ada kekeliruan dalam sistem game kebanyakan, karena dalam sistem kepolisian seharusnya yang lebih kuat melindungi yang lemah, tapi dalam game, raja lebih membiarkan yang lemah tewas duluan. Hah Entahlah! Maka kedudukan bakso kecil itu sebagai anak buah yang lemah, sedangkan bakso gede berisikan daging cincang adalah raja yang harus dilumpuhkan.

Giliran bakso gede lah yang kini harus gue hadapi. Setiap tetesan keringat jadi pembuktian bahwa ini adalah pertarungan yang kuat. Hiat! satu tusukan meleset untuk mengenai lambung bakso gede. Hap! Bakso gede berhasil melompat dari piring menghindari kebrutalan gue. Hiat! Lagi-lagi gue terkecoh dan ia tetap menggelinding. Hiaaaattttt! gue angkat tinggi-tinggi bakso gede yang akhirnya tertangkap dan dengan senyum kemenangan gue pancarkan kehebatan. Gue terlalu terbuai dengan kebahagiaan sampai akhirnya satu suara menyadarkan gue.

"Seru amat ngejar baksonya!" Kemudian disusul tawa riang, yang sangat riang dari beberapa orang yang menyantap bakso dengan anggun. Oh oke mungkin gue semacam acara sirkus yang biasanya terjadi antara seutas tali dengan sepeda roda satu, tapi kini sirkus itu berubah menjadi satu orang yang digolongkan ajaib dengan satu bakso. Maka akhirnya senyum kemenangan itu pun menjadi ketawa garing dari gue. Saat itupun gue berfikir untuk lebih memilih es ketimbang bakso. 

Kejadian itu akhirnya buat gue untuk melupakan pertarungan gue dengan bakso gede tadi dan gue pun menerima kekalahan dengan hasil K.O. Ya kalian taulah apa yang harus gue lakuin saat itu juga, yaitu segera melaksanakan kewajiban dengan abang bakso. Sumpah saat itupun abang baksonya pengen gue ajak perang dan gue salah sangka ternyata dalam pertarungan ini yang menjadi rajanya bukan lagi bakso gedenya, tapi abang baksonya. Baru jalan beberapa langkah tiba-tiba satu suara yang masih familiar dari ingatan gue memanggil, ya suara yang menyadarkan gue saat senyum kemenangan itu. Ya senyum yang tadinya gue pikir itu kemenangan.

"Hei, buru-buru amat." Dia berkata tanpa dosa sambil nahan ketawa dan apakah ada alasan buat gue enggak buru-buru ninggalin tempat ini?
"Iya." ucap gue singkat dengan senyum masam. 
"Namanya siapa? boleh minta no. Hp nya enggak?" Gue natap wajahnya dan hati gue tergerak untuk melampiaskan dendam, atau bisa juga dijadikan patner untuk melumpuhkan tukang bakso itu. Kalau dia berhasil, maka dia akan naik level menjadi patner hidup gue.

Saat itu gue temukan satu pelajaran bahwa Zonk adalah Luck yang tertunda.




Thursday, February 28, 2013

Zonk adalah Luck yang tertunda

Ada beberapa hal yang bisa bikin kita teriak "aargh" tapi pernahkan "aargh" itu menjadi "luck" bukan lagi "zonk"? Zonk is not all it sucks!
Matahari sepertinya sedang adu kekuatan dengan api neraka, jadi si mataharipun mengeluarkan panas yang menjadikan sapu tangan bukan lagi sebagai pengusap keringat yang handal, tapi anduk paling layak dalam cuaca ini. Saat itu juga gue berfikir akankah ada penemu atau setidaknya pencipta AC berjalan, yang bisa berada tepat di atas kepala kita dan ketika ada lalat menghampiri maka AC itu berteriak "Jangan ganggu majikan saya!"

Entah ini namanya perbedaan suhu tubuh dengan cuaca, atau suhu tubuh yang harga dirinya enggak mau diinjek-injek oleh suhu. Kalau cuaca panas akan jadi hal normal jika orang mencari es ya apapun yang bersifat mendinginkan. Mungkin hanya gue yang mencari bakso pakai ekstra pedas. Kini gue temukan kejanggalan yang lain dan bisa diidentifikasikan bahwa fix gue emang enggak mau kalau harga diri gue diinjek-injek oleh suhu.  Ekstra pedas dalam cuaca panas? Enggak tau kenapa, padahal jujur gue biasanya lebih milih saos tomat daripada saos cabe.



Lahapnya makan bakso bikin gue ngerasa cuma guelah pemilik kenikmatan makan bakso yang lainnya pada ngontrak minum es. Bakso kecil-kecil sudah beristirahat dengan tenang di perut, sekarang giliran bakso gede. Ketika makan bakso gue mengibaratkan makan bakso itu sama halnya seperti main game yang harus mengalahkan anak buahnya dulu sampai rajanya akhirnya turun tangan. Entah kenapa ada kekeliruan dalam sistem game kebanyakan, karena dalam sistem kepolisian seharusnya yang lebih kuat melindungi yang lemah, tapi dalam game, raja lebih membiarkan yang lemah tewas duluan. Hah Entahlah! Maka kedudukan bakso kecil itu sebagai anak buah yang lemah, sedangkan bakso gede berisikan daging cincang adalah raja yang harus dilumpuhkan.

Giliran bakso gede lah yang kini harus gue hadapi. Setiap tetesan keringat jadi pembuktian bahwa ini adalah pertarungan yang kuat. Hiat! satu tusukan meleset untuk mengenai lambung bakso gede. Hap! Bakso gede berhasil melompat dari piring menghindari kebrutalan gue. Hiat! Lagi-lagi gue terkecoh dan ia tetap menggelinding. Hiaaaattttt! gue angkat tinggi-tinggi bakso gede yang akhirnya tertangkap dan dengan senyum kemenangan gue pancarkan kehebatan. Gue terlalu terbuai dengan kebahagiaan sampai akhirnya satu suara menyadarkan gue.

"Seru amat ngejar baksonya!" Kemudian disusul tawa riang, yang sangat riang dari beberapa orang yang menyantap bakso dengan anggun. Oh oke mungkin gue semacam acara sirkus yang biasanya terjadi antara seutas tali dengan sepeda roda satu, tapi kini sirkus itu berubah menjadi satu orang yang digolongkan ajaib dengan satu bakso. Maka akhirnya senyum kemenangan itu pun menjadi ketawa garing dari gue. Saat itupun gue berfikir untuk lebih memilih es ketimbang bakso. 

Kejadian itu akhirnya buat gue untuk melupakan pertarungan gue dengan bakso gede tadi dan gue pun menerima kekalahan dengan hasil K.O. Ya kalian taulah apa yang harus gue lakuin saat itu juga, yaitu segera melaksanakan kewajiban dengan abang bakso. Sumpah saat itupun abang baksonya pengen gue ajak perang dan gue salah sangka ternyata dalam pertarungan ini yang menjadi rajanya bukan lagi bakso gedenya, tapi abang baksonya. Baru jalan beberapa langkah tiba-tiba satu suara yang masih familiar dari ingatan gue memanggil, ya suara yang menyadarkan gue saat senyum kemenangan itu. Ya senyum yang tadinya gue pikir itu kemenangan.

"Hei, buru-buru amat." Dia berkata tanpa dosa sambil nahan ketawa dan apakah ada alasan buat gue enggak buru-buru ninggalin tempat ini?
"Iya." ucap gue singkat dengan senyum masam. 
"Namanya siapa? boleh minta no. Hp nya enggak?" Gue natap wajahnya dan hati gue tergerak untuk melampiaskan dendam, atau bisa juga dijadikan patner untuk melumpuhkan tukang bakso itu. Kalau dia berhasil, maka dia akan naik level menjadi patner hidup gue.

Saat itu gue temukan satu pelajaran bahwa Zonk adalah Luck yang tertunda.




Translate

Koki Blog

My photo
Jakarta , Indonesia
Panggil saya Tyas, tanpa Mirasih apalagi dengan Muncus. sekian