Dan sebuah cerita masa lalu. Lalu dengan sebuah ego yang tidak terpersatukan, dengan segala kurang yang tak ditutupkan. Maka dengan itu aku bergumam tentang cerita yang disimpan dan setiap titik ingatan selalu didoakan.
Bagaimana merangkai baberapa memory dengan atau tanpa amnesia. Mengapa selalu terdapat ending setelah cerita? Dan kenapa ending tidak dapat diatur oleh sutradara yang sebenarnya mengawali cerita itu aku dan kamu? Atau kita hanya pemain yang diatur oleh sutradara dan dinilai oleh mereka?
Karena tujuan yang sama tidak selalu mengambil jalan yang sama pula. Akhirnya kita memilih jalan yang berbeda, berharap bertemu di simpangan tapi justru kamu jalan duluan.
TIDAK! Ini bukan salah keadaan. Ini hanya ketidakmampuan kita untuk meracik logika dengan perkataan, berat sebelah dan tumpah. Cerita yang pernah ada, pernah diadakan, yang dibahagiakan dan berusaha membahagiakan tapi kini semua mencapai ending, disimpan rapi, dikunci, dan tidak akan dibuka lagi. Bukan luka alasannya, tapi karena takut mencari-cari alasan kenapa sutradara terlalu cepat mengambil akhir. Padahal pemain sudah sangat sadar ada kekosongan yang tidak dapat ditempati. Saling mengisi ternyata bukan "hanya" tapi 'keseluruhan". Keberadaan yang diharapkan tapi sepanjang ingatan, nampak pun tidak pernah.
Kemudian jika baju tanpa lengan nyaman dipakai saat kemarau panjang dan tidak untuk saat dingin datang, maka disitulah tempat penyesuaian. Penyesuaian yang kadang terasa sangat berbeda. Berbeda dan tidak dapat dipaksa untuk sama. YA KAMU! Orang yang sebenarnya mampu mengisi tapi tak memberi kekosongan untuk di isi dan rasanya hambar.
Akhirnya tempat yang kosong isi kosong. Kadang kita hanya butuh orang lain untuk menyembuhkan kekecewaan bukan karena kecewa yang teramat dalam, tapi ada kosong yang sudah sangat kosong.
salam kenal dan blogwalking ^^
ReplyDeleteaiih dalem ini penalarannya,,
ReplyDeletesalam kenal
makasih. salam kenal juga ya. keep writing.
ReplyDeletehai makasih puja :)
ReplyDelete