Untuk dia, meski bukan untuk aku. Bagaimana jika kini akhirnya aku punya satu alasan untuk pergi? Alasan yang mungkin tidak begitu saja diterima oleh hati. Tapi inilah satu alasan ketika kamu memilih alasan bahagia yang memang bukan aku sebabnya. Maka sungguh dari itu kamu harus percaya tentang satu rasa keikhlasan meski kekecewaan sukses mengendapkannya.
Kemudian jika aku menangis, jangan ragu untuk tinggalkan. Karena tangisanku bukan untuk menahan. Pergilah dan yakinkan bahwa tidak ada berbalik arah, atau kembali selama beberapa waktu ke depan.
Teruslah melangkah, jangan biarkan otakmu memerintahkan untuk menoleh sebentar. Tolehanmu akan membuat harapan.
Kemudian jika aku tersenyum, jangan berfikir bahwa aku siap untuk ditinggalkan.
Senyum tidak selalu ungkapan kebahagiaan. Tapi tangisan tidak selalu juga harus ditunjukan untuk kekecewaan.
Balaslah senyumku, tunjukan bahwa kamu bahagia dengan cinta yang baru. Jangan biarkan hatimu memberi iba sedikit, karena hal itu membuat rapuh semakin menggigit.
Kemudian jika aku berkata "aku baik-baik saja", jangan berfikir aku "tidak baik-baik". Perkataan baik-baik nyatanya bukan melulu soal hati.
Ada kalanya suatu kebahagiaan harus dikorbankan untuk keadaan yang lebih baik.
Tunjukanlah sikap biasa saja, untuk meyakini aku bahwa keadaanmu lebih baik jika aku tinggalkan.
Kemudian jika ada satu kemungkinan untuk kamu dalam penyesalan, tolong kamu mengerti saat sebuah tangisan, senyuman, dan "baik-baik saja"nya aku telah menyadarkanku untuk tidak lagi melakukan hal itu untuk alasan yang sama.