Saturday, May 11, 2013

Tolong katakan!

 
 
Apakah arti menanti itu sama dengan pengharapan? Kalau iya, tunjukkan dimana sempat kau simpan? Setidaknya pengharapan itu bisa aku mintakan tanggungjawaban. Tanggungjawaban tentang sebuah cinta diam-diam. Bukan malu dalam pengharapan, tapi sebuah kasih yang mungkin hanya dilihat sebagai bayangan. Bayangan yang mudah hilang ketika cahaya datang.

Jika hati memang butuh makan? Lalu apa yang harus disajikan? Rasanya resep paling mujarab pun telah aku racik sedemikian rupa hanya untuk diberikan. Tapi dalam perjalanan, pengalaman telah banyak mengajarkan. Hukum alam tentang cinta yang datang dengan sekadar. Sekadar untuk merasakan arti kehilangan. Atau justru penuntutan rasa keikhlasan? 

Dengan apa bisa menahanmu di sini hingga kamu tau bagaimana rasa ini terlalu besar untuk disembunyikan dan terlalu dalam untuk dihilangkan. Jika memang ada sesuatu yang dapat menahanmu untuk tetap tinggal, tolong katakan. Jangan biarkan aku diam dalam kemungkinan. Kemungkinan untuk terus diam atau kehilangan.

Keindahan itu yang tadinya singgah dengan sempurna tapi tanpa diusir dia berjalan mundur tanpa mengajakku untuk ikut serta. Jika memang ada yang bisa membuat kamu mendekat kembali, tolong katakan. Karena sungguh aku butuhkan jawaban. Jangan biarkan aku menanti tanpa kejelasan, sedang kau asik dengan dunia yang tidak mungkin untuk kutau detail demi detailnya.

Dulu kupahami seseuatu sebagai janji, ternyata itu hanya obrolan singkat yang terbangun oleh emosi. Kalau kamu pernah melihat hujan, coba perhatikan tiap rintiknya mempunyai makna bagi semua makhluk hidup yang ada. Sama halnya seperti tangisan yang setiap tetesnya mempunyai sebab yang kadang dihiraukan oleh akibat. Kalau kamu pernah melihat hujan jangan coba menghitung tetesnya karena kamu akan kelelahan. Tapi saat aku menangis, tolong katakan kamu tidak akan lelah mengusapnya.

Tapi kini aku tau sebuah jawaban. Jawaban yang tergambar melalui sikap. Sikap yang menuntut untuk menampar diri sendiri hingga sadar. Ya ini bukan mimpi. Bukan lagi mimpi. Aku tidak akan lagi memaksamu untuk mengatakan. Kamu tidak lagi perlu memaparkan, karena melihat kamu dengannya itu sudah lebih jelas dari sebuah jawaban.

Pelanggan Mampir



Saturday, May 11, 2013

Tolong katakan!

 
 
Apakah arti menanti itu sama dengan pengharapan? Kalau iya, tunjukkan dimana sempat kau simpan? Setidaknya pengharapan itu bisa aku mintakan tanggungjawaban. Tanggungjawaban tentang sebuah cinta diam-diam. Bukan malu dalam pengharapan, tapi sebuah kasih yang mungkin hanya dilihat sebagai bayangan. Bayangan yang mudah hilang ketika cahaya datang.

Jika hati memang butuh makan? Lalu apa yang harus disajikan? Rasanya resep paling mujarab pun telah aku racik sedemikian rupa hanya untuk diberikan. Tapi dalam perjalanan, pengalaman telah banyak mengajarkan. Hukum alam tentang cinta yang datang dengan sekadar. Sekadar untuk merasakan arti kehilangan. Atau justru penuntutan rasa keikhlasan? 

Dengan apa bisa menahanmu di sini hingga kamu tau bagaimana rasa ini terlalu besar untuk disembunyikan dan terlalu dalam untuk dihilangkan. Jika memang ada sesuatu yang dapat menahanmu untuk tetap tinggal, tolong katakan. Jangan biarkan aku diam dalam kemungkinan. Kemungkinan untuk terus diam atau kehilangan.

Keindahan itu yang tadinya singgah dengan sempurna tapi tanpa diusir dia berjalan mundur tanpa mengajakku untuk ikut serta. Jika memang ada yang bisa membuat kamu mendekat kembali, tolong katakan. Karena sungguh aku butuhkan jawaban. Jangan biarkan aku menanti tanpa kejelasan, sedang kau asik dengan dunia yang tidak mungkin untuk kutau detail demi detailnya.

Dulu kupahami seseuatu sebagai janji, ternyata itu hanya obrolan singkat yang terbangun oleh emosi. Kalau kamu pernah melihat hujan, coba perhatikan tiap rintiknya mempunyai makna bagi semua makhluk hidup yang ada. Sama halnya seperti tangisan yang setiap tetesnya mempunyai sebab yang kadang dihiraukan oleh akibat. Kalau kamu pernah melihat hujan jangan coba menghitung tetesnya karena kamu akan kelelahan. Tapi saat aku menangis, tolong katakan kamu tidak akan lelah mengusapnya.

Tapi kini aku tau sebuah jawaban. Jawaban yang tergambar melalui sikap. Sikap yang menuntut untuk menampar diri sendiri hingga sadar. Ya ini bukan mimpi. Bukan lagi mimpi. Aku tidak akan lagi memaksamu untuk mengatakan. Kamu tidak lagi perlu memaparkan, karena melihat kamu dengannya itu sudah lebih jelas dari sebuah jawaban.

Saturday, May 11, 2013

Tolong katakan!

 
 
Apakah arti menanti itu sama dengan pengharapan? Kalau iya, tunjukkan dimana sempat kau simpan? Setidaknya pengharapan itu bisa aku mintakan tanggungjawaban. Tanggungjawaban tentang sebuah cinta diam-diam. Bukan malu dalam pengharapan, tapi sebuah kasih yang mungkin hanya dilihat sebagai bayangan. Bayangan yang mudah hilang ketika cahaya datang.

Jika hati memang butuh makan? Lalu apa yang harus disajikan? Rasanya resep paling mujarab pun telah aku racik sedemikian rupa hanya untuk diberikan. Tapi dalam perjalanan, pengalaman telah banyak mengajarkan. Hukum alam tentang cinta yang datang dengan sekadar. Sekadar untuk merasakan arti kehilangan. Atau justru penuntutan rasa keikhlasan? 

Dengan apa bisa menahanmu di sini hingga kamu tau bagaimana rasa ini terlalu besar untuk disembunyikan dan terlalu dalam untuk dihilangkan. Jika memang ada sesuatu yang dapat menahanmu untuk tetap tinggal, tolong katakan. Jangan biarkan aku diam dalam kemungkinan. Kemungkinan untuk terus diam atau kehilangan.

Keindahan itu yang tadinya singgah dengan sempurna tapi tanpa diusir dia berjalan mundur tanpa mengajakku untuk ikut serta. Jika memang ada yang bisa membuat kamu mendekat kembali, tolong katakan. Karena sungguh aku butuhkan jawaban. Jangan biarkan aku menanti tanpa kejelasan, sedang kau asik dengan dunia yang tidak mungkin untuk kutau detail demi detailnya.

Dulu kupahami seseuatu sebagai janji, ternyata itu hanya obrolan singkat yang terbangun oleh emosi. Kalau kamu pernah melihat hujan, coba perhatikan tiap rintiknya mempunyai makna bagi semua makhluk hidup yang ada. Sama halnya seperti tangisan yang setiap tetesnya mempunyai sebab yang kadang dihiraukan oleh akibat. Kalau kamu pernah melihat hujan jangan coba menghitung tetesnya karena kamu akan kelelahan. Tapi saat aku menangis, tolong katakan kamu tidak akan lelah mengusapnya.

Tapi kini aku tau sebuah jawaban. Jawaban yang tergambar melalui sikap. Sikap yang menuntut untuk menampar diri sendiri hingga sadar. Ya ini bukan mimpi. Bukan lagi mimpi. Aku tidak akan lagi memaksamu untuk mengatakan. Kamu tidak lagi perlu memaparkan, karena melihat kamu dengannya itu sudah lebih jelas dari sebuah jawaban.

Translate

Koki Blog

My photo
Jakarta , Indonesia
Panggil saya Tyas, tanpa Mirasih apalagi dengan Muncus. sekian